Pengaruh Musik pada Anak

Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.

Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".

Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.

"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.

Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.

Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.

Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, "Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi".

I need food not bomb


Period 1600 (Surabaya)




In the year 1612 Surabaya is already a busy seaport trade. Many Portuguese traders to buy spices from the indigenous traders. Indigenous traders to buy spices in secretly from Banda, although there has been agreement with the VOC is forbids people to trade to Banda own interests.

After years of Surabaya in 1625 fell into the hands of the kingdom of Mataram. After subjection of the kingdom of Mataram, Surabaya 1967 due to the chaos of the pirate attacks that originate from Makasar. Circumstances at the time this is not certain names appear Trunojoyo, a prince from Madura tribe of Mataram, who rebelled against the King of Mataram. With the help of those who successfully Makasar Trunojoyo the Madura and Surabaya.

Under the authority of Trunojoyo, Surabaya port into the storehouse, and transit goods from the fertile region, the Brantas delta. Kalimas to "rivers of gold" that bring valuables from the hinterland.

With the reason you want to help Mataram, in the year 1677 Kompeni send Cornelis Speelman equipped with a large force of war to Surabaya. Fort can be finally Trunojoyo Speelman. Then the Governor General to the Surabaya Couper restore Mataram.

In the 18 century, the year 1706, Singapore became the first event under the leadership Kompeni and Govert Knol Untung Surapati.


After the war continuously, on 11 November 1743 Paku Buwono II of the kingdom of Mataram and General Governor Van Imhoff in Surakarta to be signed an agreement stating that he was right on the north coast of Java and Madura (including diSurabaya) to the VOC that was provide assistance until he ascended the throne in the kingdom Mataram.But new Dutch troops to Singapore on 11-April-1746.

VOC establish a new governance structure in the coastal region north of Java and Madura to the position of governor in Semarang. In Surabaya was a Gezaghebber in den Oostthoek (ruler of East Java).

Year 1794-1798 between the ruler of East Java is Dirk van Hogendorp. On September 6, 1799, Fredrick Jacob Rothenbuhler replace Van Hogendorp power until 1809. In the year 1807 Surabaya get attacks from the British navy under the command of Admiral Pillow finally leave Surabaya.

After the bankruptcy VOC, Dutch East Indies to the Dutch government. Surabaya years 1808-1811 under the direct government of Governor-General Herman Willem Daendels that make Singapore as a small European town. Surabaya is built into the city as well as trade fortress city.

Surabaya years 1811-1816 under the authority of the UK official by Raffles. Year 1813 Singapore became a city that can proudly, up-until William Thorn in the memoir of Java Conquest of Gresik City argued that (in the past to become a bustling port city) has become obsolete when compared to Surabaya.

Then again Surabaya occupied Netherlands. Year 1830-1850, Surabaya truly shaped the city as a fortress with the Prins Hendrik fortress in the mouth Kalimas. In the year 1870, Singapore continues to develop to the south into a modern city.


Source:

* Handinoto, Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya, 1870-1940, Andi, Yogyakarta, 1996

Dialog: me and my shoes 2

me : "Hi.... I am Feel happy today"
My Shoes : " What happen friend? "
me : " This is Thursday......"
My Shoes : " So what....?????"
me : " No Anything.... I am wait my commision what is not liquid..."

Dialog: me and my shoes

me : Hi my shoes, where we going today...
Shoes : well, like daily, we are going to your office, friend...

HISTORY OF SURABAYA

Surabaya (formerly Soerabaja) is Indonesia's second-largest city, and the capital of the province of East Java. It is located on the northern shore of eastern Java at the mouth of the Mas River and along the edge of the Madura Strait.

To Indonesians, it is known as "the city of heroes", due to the importance of the Battle of Surabaya in galvanising Indonesian and international support for Indonesian independence during the Indonesian National Revolution.

In 2007, the population of the city was approximately 3 million.


Etymology

Surabaya is locally believed to derive its name from the words sura or suro (shark) and baya or boyo (crocodile), two creatures which, in a local myth, fought each other in order to gain the title of "the strongest and most powerful animal" in the area according to a Jayabaya prophecy. This prophecy tells of a fight between a giant white shark and a giant white crocodile. Now the two animals are used as the city's logo, the two facing each other while circling, as depicted in a statue appropriately located near the entrance to the city zoo. This folk etymology, though embraced enthusiastically by city leaders, is unverifiable. Alternate derivations proliferate: from the Javanese sura ing baya, meaning "bravely facing danger"; or from the use of surya to refer to the sun. Some people consider this Jayabaya prophecy as a great war between Surabaya native people and invaders in 1945, while another story is about two heroes that fought each other in order to be the king of the city. The two heroes were Sura and Baya.



History
Map of Surabaya from an 1897 English travel guide


The earliest record of Suyabaya was in a 1225 book written by Chau Ju-Kua, in which it was called Jungala[1], the ancient name of Surabaya. Ma Huan documented the early fifteen-century visit of Zheng He's Treasure ship in his 1433 book Ying-yai Sheng-lan: "after travelling south for more than twenty li, the ship reached Sulumayi, whose foreign name is Surabaya. At the estuary, the outflowing water is fresh."[2]

In the fifteenth and sixteenth centuries, Surabaya was a sultanate and a major political and military power in eastern Java. It entered a conflict with, and was later captured by, the more powerful Sultanate of Mataram in 1625 under Sultan Agung. It was one of Mataram's fiercest campaigns, in which they had to conquer Surabaya's allies, Sukadana and Madura and to lay siege to the city before capturing it. With this conquest, Mataram then controlled almost the whole of Java, with the exception of the Sultanate of Banten and the Dutch settlement of Batavia.

The expanding East Indies Companies took the city over from a weakened Mataram in November 1743. Surabaya became a major trading center under the Dutch colonial government, and hosted the largest naval base in the colony.

In 1917 a revolt occurred amongst the soldiers and sailors of Surabaya, led by the Indies Social Democratic Association. The revolt was firmly crushed and the insurgents given harsh sentences.

Japan occupied the city in 1942 as part of the occupation of Indonesia, and it was bombed by the Allies in 1944. After that it was seized by Indonesian nationalists. However, the young nation was soon put into conflict with the English who were care takers of the Dutch colony after the surrender of the Japanese.

The Battle of Surabaya was one of the most important battles of the Indonesian revolution. It was started after British Brigadier General Mallaby was killed in October 30, 1945 near Jembatan Merah (the "Red Bridge"), allegedly by a stray bullet. The Allies gave an ultimatum to the Indonesian freedom fighters inside the city to surrender, but this was refused. The ensuing battle, which took thousands of lives, took place on 10 November, and is nowadays celebrated as Heroes' Day (Hari Pahlawan). The incident of the red-white flag (the Dutch national red-white-and-blue flag at the top of Yamato Hotel's tower that was torn into the Indonesian red-white flag) by Bung Tomo is also recorded as a heroic feat during the struggle of this city.

The City

As the main seaport and commercial center in the eastern region of Indonesia, Surabaya has become one of the largest cities in Southeast Asia. Today, Surabaya's population is around three million, and the surrounding rural area houses at least 7 million. The areas surrounding Surabaya include Lamongan to the northwest, Gresik to the west, Bangkalan to the northeast, Sidoarjo to the south, and Mojokerto and Jombang to the southwest.

On Wednesday, 10th June 2009 the Suramadu Bridge between Surabaya and the island of Madura; was completed and it is currently the longest bridge in the country. Madura can also be accessed by a ferry service that operates regularly from Surabaya's port, Tanjung Perak (which literally means: "Silver Cape" in Indonesian).

The Adhiwangsa, Taman Beverly, and Water Place Residences are three of the highest towers in Surabaya.

Plaza Tunjungan, Galaxy Mall, Surabaya Plaza, Supermal Pakuwon Indah, Surabaya Town Square, and Royal Plaza Surabaya are the famous shopping centres in Surabaya.

Surabaya is home to the Eastern Armada, one of two in the Indonesian Navy. Its strong maritime heritage is also reflected with the Submarine Monument, a real retired Russian submarine, called Pasopati, that was converted into a museum ship in the city centre.

Flooding is common in many areas of the city during the rainy season, mostly caused by clogged sewers and inept bureaucracy. The fact that Surabaya is located in a river delta and has a flat and relatively low elevation doesn't help the matter either.

Surabaya is the location of the only synagogue in Indonesia, but it rarely obtains a minyan. There is also a Jewish cemetery in the city.

Surabaya's zoo, opened in 1916, was the first in the world to have successfully bred orangutans in captivity.
Cheng Hoo Mosque, Surabaya

Other points of interest include:

* Grand Mosque of Surabaya, the largest mosque in East Java.
* Cheng Ho Mosque, the first mosque in Indonesia built with Chinese-style architecture
* Jales Veva Jaya Mahe Monument, a large, admiral-like statue which commemorates the Indonesian Navy.
* Mpu Tantular Museum, has a large collection of ancient Javanese artifacts.
* Monkasel, abbreviated from Monumen Kapal Selam (English: Submarine Monument), an old submarine placed as a tourism attraction inside which people can wander. Right beside the monument there is a building where a short movie about the history of the submarine itself can be watched.
* Bonbin Surabaya is one of the famous zoos in Southeast Asia
* Heroic Monument is the main symbol and one of the attractive tourist destinations in Surabaya and Southeast Asia

Surabaya has 31 subdistricts. They are: Genteng, Bubutan, Tegalsari, Simokerto, Tambaksari, Gubeng, Krembangan, Semampir, Pabean Cantikan, Wonokromo, Sawahan, Tandes, Karang Pilang, Wonocolo, Rungkut, Sukolilo, Kenjeran, Benowo, Lakarsantri, Mulyorejo, Tenggilis Mejoyo, Gunung Anyar, Jambangan, Gayungan, Wiyung, Dukuh Pakis, Asem Rowo, Sukomanunggal, Bulak, Pakal and Sambikerep.[5]

Surabaya has two huge townships developed by 2 famous developers. In West Surabaya, it has Citraland by Ciputra Group. Citraland is famous with G-Walk, a spot for dinning out, Ciputra Water Park, and University of Ciputra. In East Surabaya it has Pakuwon City by Pakuwon Group. Pakuwon City has its own dinning out spot, called Food Festival, and it is developing more facilities, such as Pakuwon Town Square.


Transport

The city is served by Juanda International Airport. For trains, the city has several stations. They are Surabaya Kota (better known as Semut) , Pasar Turi, and Gubeng. The main bus terminal is Purabaya (also known as Bungurasih, the area where it is located).

The transportation in Surabaya was supported by the infrastructure of the land transport, sea and air that could serve the local trip, regional, and international. The transport of the city was supported by public transport of the city transport , the taxi, and the city bus.Surabaya is also a transit city between Jakarta and Bali if using the ground transportations. Many tourists go through the city of Surabaya to sight seeing before they come back to Jakarta or continue their journey to Bali. Another bus routes are between Jakarta and Madura island which is nearest to Surabaya.

Tanjung Perak is the main port of the city and is one of the busiest ports in the country. Nowadays, it is also one of the top ten busiest cargo harbors in Southeast Asia. Although the operational of the port is nearly traditional, it is also used to carry modern cargo ships worldwide. The other port of the city is located in Gresik, the city which is located not far from Surabaya. It is not more than an hour drive from Surabaya city centre to Gresik via highway. In the future, Gresik will be the location for the new harbor and Tanjung Perak will be demolished and will be a recreation area for Surabaya.

Juanda International Airport is the second busiest airport in Indonesia in terms of transit passengers. Many passengers transit through the airport. It is famous as a transit airport between West and East Indonesia. And it is also the focused airport of many airlines. In the future, the international airport activities will be removed to the new airport somewhere at Lamongan which will be operated internationally. But the domestic airport activities will remain at the old airport.

Economy

The city is one of the busiest ports in the country. Its principal exports include sugar, tobacco and coffee. It has a large shipyard, and numerous specialized naval schools.

As the provincial capital, Surabaya is also the home of many offices and business centres. Surabaya economies is also influenced by the recent growth in foreign industries and the completion of the Suramadu brdige. Surabaya is currently in the process of building high-rise skyscrapers as apartments, condominiums and hotels as a way of attracting foreign people into coming to Surabaya.

Surabaya is the main trading port in East Java. Enriched by its facilities, and geography advantages, Surabaya has great economic potential.

Demographics

Surabaya is the second most populous city in Indonesia, after Jakarta. The city is highly urbanized, due to the many industries located in the city, resulting in many slum areas. As the main education center, Surabaya has been the home for many students from around Indonesia, thus they have created their own community. Also, Surabaya is the commercial center for the eastern Indonesian region, hence many outsiders live in Surabaya.

Ethnicity

Surabaya is a multi-ethnic city: foreign nationalities represented include Malaysian, Chinese, Indian, Arabic, and European. In addition to Surabaya and Madura natives, the city also contains representatives of other Indonesian islands: Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi.

The majority of Surabaya citizens work in retail, whether in the expensive stores in the center city or the many small shops and stalls throughout the metropolis.

Surabaya is an old city that has expanded over time, and its population still grows 1.2% per year. In recent years, people have been moving from the crowded city center to suburban subdivisions featuring golf courses and strict security.


Language


Most citizens speak a unique dialect of Javanese called Suroboyoan. This dialect is noted for equality and directness in speech. The usage of register is less strict than the Central Javan dialect. The Surabaya dialect is actively promoted in local media, such as in local TV shows, radio and traditional dramas called Ludruk. The Madurese language influences the Surabayan dialect of Javanese spoken in the streets.

ra74kqiv93

Believe Thing


I don't believe about thing,
I am believe my self
I want reach for something
Is I Believed it

Don't care about people
they think 'bout me
I wanna be something
that I am belived

Seperti apakah kerja itu?

Dikarenakan adanya “pembagian Kerja”, Kebanyakan kerja yang ada sekarang terdiri dari berbagai tugas-tugas specifik yang dilakukan terus menerus dan berulang-ulang tanpa variasi.Jika kamu pencuci piring maka kamu mencuci piring! Kamu tidak berinteraksi dengan orang lain apalagi diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang rumit, kamu bahkan tidak diperbolehkan keluar dari tempat cuci piring untuk menikmati sinar matahari pada waktu kerja.
Bahkan kerjaan yang didalamnya memiliki banyak variasi pada akhirnya menjadi sama sekali tidak menarik dan menantang: karena kita bekerja selama 40 jam(bahkan lebih dalam seminggu).
Paling sedikit 5 dari 7 hari yang ada. Kerja sangat menyita waktu. Kerja adalah hal utama yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan hal-hal lainnya. Ketika kita menghabiskan waktu pada suatu masalah ataupun beberapa masalah sekaligus, seberapapun menariknya hal tersebut pada awalnya biasanya berakhir membuat kita merasa bosan dan membutuhkan variasi….
Bahkan bila kita dikondisikan oleh suatu keaadaan untuk tidak menyadari hal tersebut. Diatas ini semua, dengan berkembangnya bisnis-bisnis besar dan meningkatnya wiraswasta dalam bisnis-bisnis kecil kebanyakan dari kita yang tetap tidak mempunyai suara dalam mempertanggungjawabkan pekerjaan kita. Kita seringkali diharuskan bekerja untuk survive yang berarti mengikuti instruksi para manager yang tidak memiliki kontrol akan pekerjaannya dibandingkan kontrol kita akan pekerjaan kita, hal ini membuat kita tidak dapat memutuskan hal-hal yang dapat dikerjakan, kita merasa terasing dengan pekerjaan yang kita lakukan.
Pekerjaan tersebut menjadi tidak menarik, bahkan kita mulai merasa hal-hal yang dilakukan tidak penting. Dalam ekonomi kapitalis, pekerjaan yang tersedia ditentukan oleh produk mana yang paling diminati.
Seringkali produk yang diminati (militer, fast food, pepsi garmen dll) bukanlah produk yang bisa membuat orang bahagia. Seringkali kita merasakan pekerjaan yang kita lakukan sia-sia. Ketika suatu produk yang dikerjakan atau dijual mati-matian tidak memiliki dampak apapun bagi orang lain. Singkat kata “kerja” yang kita kenal sekarang ini membuat kita tidak gembira karena kita terlalu banyak mengerjakannya, karena berulang-ulang dan repetitif, karena kita tidak dapat memilih apa yang ingin kita lakukan dan karena apa yang kita lakukan bukan demi kepentingan sesama manusia…

Tips & Trick Mohawk Hair

Telah ditemukan sebuah produk terbaik untuk ngemohawk / corrosion rambut. Namanya adalah RAVE #4.Pengeras rambut ini dapat bertahan di dalam segala cuaca, contohnya seorang bernama Brand menceritakan pengalamannya, “waktu itu rambuta saya sedang di mohawk dan hari mulai hujan, dan untuk alasan tertentu saya harus nunggu di luar. Teteapi sekalipun terkena air rambut saya tidak mengalami perubahan”. Bila menggunakan Lem, Awuanet atau Hair Spray, itu akan membuat rambut kami rusak. Dan juga apabila rambut kamu sedang diberdiriin, jangan sering menggunakan sisir, biarlah pengeras rambut itu yang mengerjakan semuanya.
Kelemahan produk RAVE #4 ini adalah ketika kamu terus menyisirnya, rambut kamu akan banyak yang rontok, jadi bentuklah oleh tangan kamu. Produk ini mungkin belum ada di Indonesia, jadi apabila kalian ingin memilikinya bisa pesan di luar negeri( perlu biaya mahal tentunya). Dan kalo nggak ada biaya, lem pun jadi, yang penting berdiri…
Tips lain biar rambut kamu normal kembali adalah cari kamar mandi terdekat dan siram dengan air, tapi kalo tidak ada air, ikat saja rambutmu dan kenakanlah bandana, bereskan…

ANTI FEMINISME



Aku perempuan
Ingin dihargai, karena tubuhku indah.

Aku perempuan
Ingin dihargai, karena aku ada untuk dinikmati


Ini Payudaraku
Dua onggokan daging berputing di balik kulit tanpa cela.
Mereka tidak bisa bernafas di balik baju
Mereka bilang, di sini sepi, tak ada yang memuji kecantikan kami.

Maka, ini payudaraku-yang penuh, kenyal dan putingnya mencuat,
Pegang, remas dan lahap dengan matamu.


Lalu ini kelaminku,
Lubang kecil di balik rambut-rambut yang melingkar.
Dia tidak bisa di bungkam di balik celana.
Dia bilang, di sini kosong, tidak ada yang merasakan kehangatanku

Maka, ini kelaminku-yang lembab, lentur dan berbulu.
Jilat dan cicipi, dan jelajahi dengan jarimu.


Aku perempuan
Ingin dihargai, karena tubuhku indah

Aku perempuan
Ingin dihargai, karena aku ada untuk dinikmati.


Jadi, telanjangi aku, maini aku, gagahi aku

Karena di bawah ancamanmu
Aku merasa sangat perempuan.

Karena dibawah cercamu
Aku merasa sangat perempuan.


Aku perempuan,
Hidup untukmu untuk menjadi hidup.


25 MEI 2002

VioletEye< violet_eye_1979@yahoo.com >

Lesbienz? Why not?!


Aku She, dan pacarku bernama Maree Natasya. Dia 2 tahun lebih tua dariku, dan aku sudah pacaran 2 tahun dengan dia. Hampir setiap hari kita bersama-sama, namun 6 bulan belakangan ini aku nggak bisa bersama dia lagi karena mesthi nerusin kuliahnya di negeri Paman Sam… kangen banget deh!!!

Hmmm…. Pacarku itu baik banget, penuh rasa humor dan pengertian. Dia sangat mengerti aku, tapi selain itu.. dia juga memilki payudara yang indah! Senyumnnya, wajahnya dan semua tentang dia, buatku begitu indah… aku menyukainya!

Tapi kenapa ya? Setiap aku dan pacarku jalan berdua, bergandengan tangan, banyak mata yang tertuju ke arah kami?
Tadinya aku pikir mungkin karena kecantikan wajahnya? Namun mata-mata yang menatap itu terkesan tidak bersahabat! Apalagi waktu itu aku mencium pipinya saat aku dan dia berada di suatu kafe yang cukup elit di kotaku. Kenapa sih Mereka???

Apakah karena keindahan tubuhnya?? TIDAK!!!
Tapi karena aku dan dia sama-sama wanita, atau sejenis… Huahuahua!!

Aku juga sempat menangkap basah seorang yang sedang melihat aku dan pacarku berciuman. Aku bertanya, “Ada apa ya, Bung? Ada yang salah?” Tapi dia tidak menjawab, namun hanya mencibir! Jijik kah dia? Pikirku waktu itu.

Ah cuek, Axxxxg! Lalu aku kembali mencium pacarku … tapi tiba-tiba ada suara, “ Hey Non! Ini bukan kafe untuk Lesbian! Ini tempat orang normal! Dasar Gila!!” tersembur dari mulut lelaki itu.

Wah! Aku langsung tersentak kaget, namun yang keluar mulutku Cuma kata, “ Maaf… “ Cuma maaf. Pacarku pun hanya diam, lalu bilang, “cuek, Punk! “ katanya

Tapi kemudian aku melihat ke depanku. Ada 2 orang gadis belia berusia sekitar 15 tahunan memakai baju dan celana hingga pusar dan perutnya yang sedikit buncit itu kelihatan. Parahnya, belahan kancing bajunya cukup lebar hingga payudaranya yang nggak seindah payudara pacarku sedikit menyembul keluar! Hihihi!

Mereka duduk diantara 3 orang lelaki berusia sekitar 60 tahunan, mereka berpelukan, berciuman, tapi mengapa tidak ditegur?! Bukankah mereka juga nggak normal?? Gadis belia bermesraan dengan kakek-kakek?? Huahuaahuaxxxxxg!!!!

Aku menyukai kekasihku dan aku kembali mencium dan melumat bibir pacarku…. Persetan Axxxxg ama mereka yang melarangku berbuat apa yang disebut mereka dengan “Gila”! Toh mereka sendiri juga nggak tau arti “Gila” itu. Dan aku melakukan ini tidak terpaksa, bukan seperti mereka (gadis belia dan kakek-kakek tersebut) yang Cuma bisa menyiksa diri mereka sendiri dengan keterpaksaan. Aku juga sudah menjadi diriku yang sesungguhnya dan aku tidak merasa kecil dengan apa yang aku lakukan! I’m Proud to BE ME!!

Aku seorang lesbian, dan aku menyukai sesama jenis, apa itu salah? Gila? Tidak normal? Aku bertanya dalam hati mengapa ada perbedaan? Mengapa harus dibeda-bedakan yang normal, yang salah, yang gila dan mengapa juga harus dibedakan Lesbian dan Gay??? Supaya terlihat kesenjangan itu ??? Huaaahuaaahuaa!!!

PS: Mizz Ma IwannaBeYourVagina!

-Oi with Love-

She (shera@cowboy-from-hell.com)


Editor: maaf kata-kata makian yang berhubungan dengan hewan terpaksa kami sensor, karena mereka juga punya hak hidup, bukan untuk dijadikan makian…